Judul : Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil
link : Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil
Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil
Cara Membuat Proposal - Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan sangat
banyak yang membutuhkan. Terlebih lagi bagi seorang pengusaha yang ingin
membangun usaha tetapi belum punya modal yang cukup sehingga harus
membuat proposal SKB
yagar mendapatkan modal tambahan dari pihak ke tiga. Di artikel ini
saya akan berbagi proposal SKB yang bisa Anda contoh untuk membuat
proposal usaha Anda. Selamat Menikmati. (File Lengkap Bisa Anda Lihat Di
bawah sendiri)
Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang mayoritas luas wilayahnya adalah
perairan. Ikan adalah salah satu hasil perikanan yang tidak sedikit
dihasilkan di Indonesia dan adalah sumber protein hewani yang tidak
sedikit dikonsumsi masyarakat. Ikan gampang didapat dengan harga yang
relatif murah sampai-sampai dapat dicapai oleh seluruh lapisan
masyarakat. Kandungan protein yang tinggi pada ikan dan kadar lemak yang
rendah paling bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia.
Karena guna yang tinggi tersebut tidak sedikit orang mengkonsumsi ikan
baik berupa daging ikan segar maupun makanan-makanan yang adalah hasil
olahan dari ikan. Bahkan di Jepang dan Taiwan ikan adalah makanan utama
dalam lauk sehari-hari.
Ikan adalah produk yang tidak sedikit dihasilkan oleh alam dan
didapatkan dalam jumlah melimpah. Akan namun ikan pun adalah bahan
makanan yang cepat merasakan proses pembusukan disebabkan kadar air
yang tinggi. Kadar air yang tinggi ialah kondisi yang menyerahkan
kesempatan untuk perkembangbiakan bakteri secara cepat.
Kelemahan-kelemahan yang dipunyai ikan dialami menghambat usaha
pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang memunculkan kerugian besar,
khususnya pada saat buatan ikan melimpah. Karena itulah semenjak
dahulu masyarakat telah berjuang melakukan sekian banyak cara
pengawetan ikan supaya dapat dimanfaatkan lebih lama. Proses pengolahan
dan pengawetan ikan adalah bagian urgen dari mata rantai industri
perikanan. Tanpa adanya proses itu usaha penambahan produksi perikanan
bakal menjadi sia-sia sebab tidak dapat dimanfaatkan dengan baik.
Pada dasarnya usaha pengawaetan ini ialah untuk meminimalisir kasar
air yang tinggi di tubuh ikan. Terdapat bermacam-macam usaha pengawetan
ikan dari usaha tradisional hingga usaha modern. Usaha pengawetan ikan
dilaksanakan lui penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan,
peragian, dan lnginan ikan. Hasil dari usaha-usaha pengawetan tersebut
paling tergantung 'proses pengawetannya. Bagi mendapatkan bobot
terbaik dari proses awetan ikan dapat dilaksanakan dengan menjaga
kesucian bahan dan perangkat digunakan, tergolong ikan yang
benar-benar masih segar dan garam yang bersih. Usaha pengawetan ikan
tidak melulu sebatas pada pengolahan menjadi lauk yang masih berbentuk
ikan tetapi pun pengolahan menjadi format lain setelah dibaur dengan
bahan-bahan lain.
Ikan hasil pengolahan dan pengawetan lazimnya sangat digemari oleh
masyarakat sebab produk akhirnya memiliki ciri-ciri eksklusif yakni
evolusi sifat-sifat daging laksana bau (odour), rasa (flavour), format
(appearance) dan tekstur.
Salah satu makanan hasil olahan dari ikan ialah kerupuk ikan. Produk
makanan kering dengan bahan 'baku ikan dibaur dengan tepung tapioka
ini" sangat disukai masyarakat. Makanan ini sering dipakai sebagai
pelengkap saat bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan guna
jenis makanan khas tertentu tidak jarang kali dilengkapi dengan
kerupuk. Makanan ini menjadi hobi masyarakat disebabkan rasanya yang
enak, gurih dan ringan. Di samping rasa yang enak tersebut, kerupuk
ikan pun mempunyai kandungan zat-zat kimia yang dtperlukan oleh tubuh
manusia.. Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan protein pada ikan
tidak tidak sedikit yang hilang setelah merasakan pengolahan. Jika
dikomparasikan dengan kerupuk udang, kandungan vitamin dan mineral pada
kerupuk ikan lebih rendah.
Proses penciptaan kerupuk ikan sangatlah simpel dan gampang
diusahakan. Industri ini tidak sedikit berkembang di wilayah-wilayah
perairan dengan buatan ikan tinggi. Di samping dapat dicoba dengan
perlengkapan modern, usaha ini pun dapat dijalankan dengan
perlengkapan trafisiona. Oleh karena Itulah usaha kerupuk ikan tidak
sedikit dilakukan oleh lokasi tinggal tangga yang adalah industri
mikro.
Dari segi skala peusahaan, usaha pengolahan kerupuk ikan dilaksanakan
oleh perusahaan besar-menengah dan pun perusahaan kecil lokasi tinggal
tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut ialah pada
teknologl dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses
produksinya memakai peralatan dengan teknologi canggih dengan pangsa
pasar tersebar balk dl wilayah lokal maupun wilayah lain bahkan
ekspor. Berbeda dengan perusaha.an skala besar-menengah, usaha
pengolahan kerupuk kecil lokasi tinggal tangga beberapa besar memakai
peralatan dengan teknologi yang simpel dan pangsa dengan pangsa pasar
yang masih terbatas pada pasar lokal.
Usaha pengolahan kerupuk ikan tidak sedikit tersebar di distrik
Indonesia diantaranya ialah Kepulauan Belitung, Jawa Timur dan
Kalimantan. Di Kalimantan sendiri hasil olahan perikanan adalah salah
satu produk tumpuan dengan di antara wilayah sentra produksinya di
Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu wilayah dengan hasil perikanan
yang lumayan tinggi, Kal-Sel mempunyai potensi yang paling besar
dalam pengembangan usaha-usaha pengolahan produk perikanan. Hasil olahan
produk perikanan yang familiar dan Kal-Sel diantaranya ialah kerupuk
ikan. Meskipun industri pengolahan hasil perikanan tersebar di distrik
Kal-Sel, pada wilayah tertentu mempunyai sentra industri yang
menghasilkan produk spesifik. Industri kerupuk misalnya tidak sedikit
berkembang di wilayah Kuin, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota
Banjarmasin.
Penyusunan pola pembiayaan usaha pengolahan kerupuk ikan ini didasarkan
pada Informasi dari studi lapangan yang dilaksanakan di distrik
Kalimantan Selatan. Survey dilaksanakan pada industri pengolahan
kerupuk ikan yang adalah industri kecil lokasi tinggal tangga.
Industri-industri ini pada dasarnya tidak melulu memproduksi kerupuk
ikan saja tetapi pun kerupuk jenis lain laksana kerupuk udang dan
kerupuk dengan bahan baku tepung lainnya.
Dilihat dari aspek ekonomis, usaha kerupuk ikan adalah bisnis yang
paling menguntungkan. Peluang pasar domestik maupun ekspor guna
komoditi ini masih paling terbuka. Hal ini disebabkan kerupuk ikan
adalah konsuumsi keseharian masyarakat sampai-sampai permintaan guna
kerupuk ikan relatif stabil bahkan ingin mengalami kenaikan. Selain
dapat meningkatkan pendapatan untuk pengusaha, usaha ini pun mampu
menolong meningkatkan penghasilan penduduk selama yang akhirnya
dominan pada perekonomian daerah.
Dilihat dari aspek sosial, usaha kerupuk ikan mempunyai akibat sosial
yang positif. Industri kecil lokasi tinggal tangga ini dapat menyerap
tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung ini adalah
upaya penciptaan dunia kerja yang meminimalisir jumlah pengangguran di
sebuah wilayah. Dilihat dari sisi akibat lingkungan, usaha kerupuk
ikan tidak memunculkan pencemaran Iingkungan. Limbah yang didapatkan
dari usaha ini hanyalah air saldo pembersihan yang tidak berisi
zat-zat kimia dan langsung meresap ke dalam tanah.
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha
Usaha kerupuk ikan dapat dilaksanakan oleh industri besar-menengah
bahkan industri kecil lokasi tinggal tangga sebab proses pembuatannya
yang paling mudah. Jenis usaha kerupuk dapat dipisahkan menjadi dua
yakni usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang dan
usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka,
tepung gaplek atau tepung beda tanpa gabungan ikan/udang). Jenis
kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya ialah kerupuk Kasandra
dengan bahan baku melulu tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku
tepung tapioka yang dibaur dengan tepung terigu dan kerupuk impala
dengan bahan baku tepung tapioka yang dibaur dengan tepung gaplek.
Setiap pengusaha tidak melulu memproduksi satu ]enis kerupuk saja.
Alasan dari memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini ialah bahwa pada
prinsipnya proses penciptaan kerupuk nyaris sama sampai-sampai
mesin-mesin yang sama dapat digunakan pun untuk memproduksi jenis yang
lain. Mesin yang butuh ditambahkan ialah mesin pencetak yang cocok
dengan format kerupuk yang diproses. Usaha dengan jenis buatan lebih
dari satu pun akan menolong produsen dalam variasi buatan sehingga
kerugian dapat diminimalisir. Salah satu sampel pengusaha misalnya,
memproduksi kerupuk ikan masing-masing harinya. Selain tersebut dia
pun memproduksi kerupuk jenis lain yakni kerupuk puliumlah buatan
kerupuk puli ini dicocokkan dengan pesanan yang terdapat dan juga
diprovokasi oleh pasar kerupuk ikan. Pada ketika harga kerupuk puli
naik ataupun ketika harga kerupuk ikan tidak cukup menguntungkan
pengusaha akan menambah jumlah,produksi kerupuk puli.
Di Kalimantan Selatan, usaha penciptaan kerupuk ikan terdiri atas usaha
perorangan dan usaha kelompok. Usaha perorangan tidak sedikit tersebar
di semua wilayah di luar kecamatan sentra industri, sementara usaha
kelompok tidak sedikit ada di wilayah-wilayah sentra industri. Jumlah
buatan usaha perorangan relatif lebih rendah dengan distrik pemasaran
di dalam negeri, sementara, usaha kumpulan mempunyai skala usaha yang
lebih besar sebab merupakan campuran dari sejumlah usaha pribadi
dengan jumlah buatan lebih tidak sedikit dan distrik pemasaran lebih
luas hingga ke luar wilayah terutama distrik Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur..
2.2. Pola Pembiayaan Bank
Dari segi pembiayaan, usaha penciptaan kerupuk ikan memerlukan ongkos
yang relatif sedikit. Untuk mengawali usaha dengan 1 (satu) unit
perlengkapan teknologi menengah dibutuhkan dana tidak cukup lebih
Rp.500.000.000,-. Kebutuhan modal ini dapat dipenuhi dengan modal
sendiri ataupun beberapa dapat diisi dengan pinjaman dari bank.
Kebutuhan ongkos untuk investasi dan modal kerja usaha kerupuk ikan
dapat diisi dengan pinjaman bank.
Pinjaman dari bank bisa berupa kredit investasi maupun kredit modal
kerja. Dari survey yang sudah ada, pengusaha kerupuk ikan yang adalah
industri keeil memperotieh kredit dari PT. Bank Rakyat Indonesia
(persero), Tbk (selanjutnya dinamakan Bank BRI). Kebanyakan dari usaha
kerupuk ikan yang mendapat kredit ini adalah usaha perorangan. Pihak
Bank BRI Banjaramasin sendiri tidak menyerahkan kredit guna usaha
kelompok sebab risikonya terlampau besar sebab seringkali usaha
kumpulan menggunakan garansi tanggung renteng. Di samping tidak
menyerahkan kredit guna usaha kelompok, Bank BRI Sidoarjo pun tldak
menyerahkan kredit guna usaha-usaha di distrik sentra industri.
Alasan guna tidak memberi kredit usaha di distrik sentra ini sebab
hubungan yang erat diantara penduduk di distrik sentra, sehingga andai
salah satu pengusaha merasakan masalah pembayaran kredit akan
memprovokasi pengusaha yang lain. Oleh karena itu, survey tidak
dilaksanakan pada pengusaha-pengusaha yang berada di distrik sentra
industri kerupuk ikan.
Pada lazimnya pengusaha yang menemukan kredit ialah nasabah yang
sudah lama bersangkutan dengan Bank BRI sebagai nasabah. Dari ketiga
pengusaha yang menemukan kredit dari Bank BRI, dua nasabah mendapat
kredit sebesar Rp.500.000.000,- dan satu nasabah mendapat kredit
sebesar Rp.350.000.000,-. Salah satu nasabah dengan kredit
Rp.500.000.000,- sudah mendapat kreditdari Bank SRI sejumlah 2 kali
dengan jumlah kredit sebelumnya sebesar Rp.300.000.000,-. Sedangkan
seorang nasabah yang lainnya baru mendapat sekali. Nasabah dengan
kredit Rp.350.000.000,- sudah mendapatkan kredit dari Bank BRI sejumlah
3 (tiga) kali. Masing-masing nasabah itu memlilki jangka masa-masa
kredit sekitar 1 tahun yang bisa diperpanjang cocok dengan
kemampuannya.
Jenis kredit yang diserahkan Bank BRI Banjarmasin ialah kredit
investasi dan kredit modal kerja yang setiap mempunyai persyaratan
kredit yang berbeda. Bagi kredit investasi, Bank BRI menyerahkan
kredit dengan komparasi antara bLaya sendiri dan kredit dengan proporsi
ongkos sendiri sebesar 35% hingga 40%. Kredit investasi jangka
waktunya 5 tahun dengan graee period sekitar 6 hingga 12 bulan. Bagi
kredit modal kerja, plafon dana sendiri yang me sti dipunyai untuk
menemukan kredit ini sebesar 30%. Jangka masa-masa kredit modal kerja
antara 1 hingga 3 tahun.
Kredit modal kerja yang diserahkan menggunakan pola tabungan koran.
Pola tabungan koran ialah pembiayaan di mana nasabah yang menemukan
kredit diwajibkan membuka tabungan di bank bersangkutan. Bank akan
menyerahkan kredit sejumlah pengusulan yang diamini dengan jangka
masa-masa tertentu. Kredit itu dapat dipungut sewaktu-waktu oleh
nasabah sekitar jangka masa-masa kredit yang diberikan. Jumlah kredit
ini ditunaikan lunas pada akhir periode dengan kata beda tidak memakai
pola angsuran. Dengan pola ini memungkinkan untuk nasabah untuk
memungut sejumlah duit yang diperlukan pada waktu-waktu diperlukan.
Tingkat suku bunga dihitung masing-masing hari menurut jumlah kredit
yang dipungut dan jangka waktu pemungutan kredit. Jangka masa-masa
pelunasan bisa diperpanjang cocok dengan keterampilan nasabah. Bank
BRI di tingkat unit akan menyerahkan Insentif Pembayaran Tepat Waktu
(IPTW) untuk nasabah yang menunaikan tepat pada waktunya. Hal ini
dimaksudkan untuk memicu pertumbuhan usaha kecil.
Untuk menemukan kredit, nasabah me sti mengisi persyaratan yang sudah
ditentukan oleh bank. Dua hal utama yang dipertimbangkan bank ialah
karakter dan agunan. Karakter sehubungan dengan sifat wirausahawan yang
tangguh dan ulet serta bertanggungjawab, sampai-sampai pihak bank
dapat meyakini bahwa kredit yang diserahkan akan dibalikkan melalui
usaha yang sungguh-sungguh. Agunan dapat dikatakan adalah persyaratan
yang mutlak me sti terdapat dalam pengusulan kredit. Agunan seringkali
berupa sertifikat "Ih/bangunan lokasi usaha. Bagi pengusaha kerupuk
ikan di Banjarmasin yang menemukan kredit dari Bank BRI menggunakan
garansi berupa sertifikat tanah/bangunan lokasi usaha dan simpanan
deposito.
Industri penciptaan kerupuk adalah industri pengolahan makanan, 'karena
tersebut harus mendapat ijin dari Departemen Perindustrian dan dan
pangan dan Departemen Kesehatan. Perijinan yang dibutuhkan diantaranya
ialah Tanda Kumpulan lndustri, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat
ljin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Kumpulan Perusahaan dan ijin SB/MD
dari Departemen Kesehatan,dan ijin bebas gangguan lingkungan (HO).
Pada mula pengajuan kredit, nasabah pun harus menanggung ongkos
Idministrasi yang me sti dilunasi sebelumnya. Biaya administrasi itu
meliputi:
a. Biaya pengikatan garansi
b. Biaya notaris
c. Provisi
d. Biaya administrasi
e. Asuransi resiko
Kelima jenis ongkos tersebut seluruh ditanggung oleh calon debitur dan
me sti dlbayar tunai sebelum kredit yang dikemukakan ditandatangani.
Persyaratan-persyaratan yang diputuskan di atas relatif gampang dan
dapat dlpenuhi oleh calon debitur. Kemudahan lainnya ialah waktu yang
dibutuhkan untuk reaHsasi kredit melulu membutuhkan masa-masa 1
(satu) bulan guna nasabah baru, sementara untuk nasabah lama yang
adalah perpanjangan kredit melulu membutuhkan masa-masa 3 (tiga)
hari.
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Aspek pasar mencantol hal permintaan dan penawaran kerupuk ikan
sementara aspek pemasaran mencakup masalah harga, rantai pemasaran,
kesempatan pasar dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pemasaran
kerupuk ikan.
3.1. Aspek Pasar 3.1.1 Permintaan
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan
pedagang. Secara kuantitatif belum terdapat data yang mencerminkan
jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diduga bahwa
jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, sebab makanan olahan ini tidak
sedikit digemari oleh masyarakat luas. Berdasarkan keterangan dari
data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), warga wilayah
perkotaan (urban) lebih tidak sedikit mengkonsumsi kerupuk dibanding
warga wilayah pedesaan (rural). Dengan kata beda dapat disebutkan
bahwa pengeluaran guna konsumsi kerupuk distrik perkotaan lebih banyak
dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk warga wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di distrik perkotaan yang lebih tinggi
dibanding pedesaan dikarenakan penghasilan penduduk di kota yang lebih
tinggi bila dikomparasikan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas
warga yang sehari-harinya bekerja di kota sudah menumbuhkan usaha
penjualan makanan. Selain tersebut sifat kerupuk sebagai makanan
pelengkap ini sering dilalaikan oleh warga desa sebab lebih
konsentrasi pad a pemenuhan keperluan yang lebih pokok.
Dikatakan bahwa kerupuk adalah makanan yang paling digemari. oleh
masyarakat luas wik warga miskin, penghasilan menengah maupun
penghasilan tinggi. Dari tabel 3.2. berikut bisa diketahui bahwa
semakin tlnggi penghasilan yang dipunyai oleh seseorang, semakin besar
jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.
Tabel 3.2 Konsumsi Kerupuk Rata-rata per Kapita Berdasarkan keterangan dari Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan
Di samping dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk ikan pun telah
dlekspor ke luar negeri antara beda ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia,
Korea Selatan, Inggris, Singapura dan Belgia. Adapun jumlah ekspor guna
komoditi kerupuk (kerupuk udang dll) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.3. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Berdasarkan keterangan dari Jenisnya (Kg)
3.1.2. Penawaran
Usaha kerupuk ikan tidak sedikit diusahakan di daerah-daerah yang tidak
sedikit menghasilkan Ikan khususnya daerah-daerah pantai dan
sungai-sungai besar laksana di Kalimantan. Meskipun sejumlah daerah
sudah memproduksi kerupuk Ikan, data tentang jumlah buatan kerupuk
ikan baik di tingkat nasional maupun wilayah belum dapat diperoleh.
Sampai ketika ini belum terdapat survey yang mengidentifikasi jumlah
usaha kerupuk ikan baik di tingkat lokal maupun nasional.
Kerupuk ikan bisa diproduksi keseharian dan tidak tergantung pada
musim. Hanya saja bisa jadi terjadi penurunan pasokan kerupuk pada
musim hujan sebab produksinya menurun. Tetapi dengan berkembangnya
teknologi, hambatan proses pengeringan pada musim hujan bisa teratasi
sampai-sampai pada musim hujan proses buatan masih dapat dilakukan
meskipun tidak sejumlah pada musim kemarau. Selain tersebut pasokan
ikan yang dapat diperoleh tiap hari dapat memastikan keberlangsungan
usaha sekaligus pasokan kerupuk.
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan guna usaha ini lumayan tinggi sebab jumlah usaha
penciptaan kerupuk relatif tidak sedikit dan jenis kerupuk yang paling
bervariasi. Peluang pasar guna produk kerupuk ini dapat didapatkan
dengan menghasilkan produk inovasi baru dengan kualitas rasa yang lebih
enak dan warna ataupun format yang lebih menarik. Berbagai jenis
kerupuk yang terdapat di pasaran menciptakan konsumen semakin
mempunyai tidak sedikit pilihan.
Di samping produk inovasi baru kesempatan pasar guna kerupuk ikan
ialah segmen pasar yang paling luas. Produk ini dikonsumsi secara luas
dari masyarakat berpenghasilan rendah hingga masyarakat pendapatan
tinggi. Kerupuk ikan harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat. Diperkirakan jumlah konsumsi kerupuk
ikan bakal meningkat seiring dengan pertambahan jumlah warga dan
pertumbuhan gaya hidup masyarakat yang menjadikan kerupuk ikan sebagai
makanan pelengkap sehari-hari.
3.2. Aspek Pemasaran
3.2.1. Harga
Harga kerupuk ikan mengekor hukum penawaran dan permintaan. Jika
penawaran menurun maka harga kerupuk ingin naik. Banyaknya jumlah usaha
dengan sekian banyak jenis kerupuk yang didapatkan menyebabkan
jumlah penawaran yang lumayan besar. Dalam masalah harga, produsen
tidak biisa menilai harga laksana pada pasar kompetisi sempurna.
Pihak yang dapat memprovokasi harga ialah pedagang. Banyaknya jenis
kerupuk di pasar m.mbuat konsumen bebas memilih produk cocok selera,
sampai-sampai produk van; laku itu akan naik harganya dan bisa
menurunkan harga kerupuk jlnls lain.
Harga rata-rata kerupuk ikan kualitas medium di tingkat produsen pada
tahun 2004 di 5idoarjo menjangkau Rp.30.000,- hingga Rp.32.500,- per
bal isi I) kg kerupuk siap goreng atau Rp.6.000,- hingga Rp.6.500,-
tiap kg. Harga kelrupuk ikan ini lumayan fluktuatif. Perubahan harga
itu bervariasi tetapi seringkali masih berada pada kisaran 10%.
Kenaikan harga terjadi pada ketika inilah buatan menurun yang
diakibatkan oleh eskalasi harga bahan baku dan penurunan buatan
terutama pada musim penghujan.
3.2.2. Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran mencerminkan bagaimana kerupuk ikan hingga krpada
konsumen. Pengusaha kerupuk ikan beberapa besar melulu menghasilkan
produk hingga pada kerupuk mentah siap goreng. Hasil buatan berupa
kerupuk siap goreng dijual ke konsumen akhir (rumah tangga) melewati 3
teknik yaitu:
1. Usaha penggorengan
Usaha penggorengan adalah usaha yang timbul sebagai usaha pengolahan
lanjutan dari kerupuk ikan. Produk dari usaha ini berupa kerupuk goreng
siap konsumsi yang dikemas kemudian dipasarkan ke konsumen melewati
toko, pedagang, pasar ataupun langsung ke konsumen akhir.
2. Agen/toko
Agen/toko ini bermanfaat sebagai pengepul yang akan memasarkan produk
kerupuk siap goreng pada penjual ketengan atau langsung untuk konsumen
akhir.
3. Pengecer
Pedagang yang memasarkan langsung untuk konsumen
Dari pola pemasaran produk di atas, bisa diketahui bahwa produk bakal
sampai pada konsumen akhir dalam dua format yaitu kerupuk mentah siap
goreng dan kerupuk goreng siap konsumsi.
Dalam hal ekspedisi produk dari produsen ke konsumen terdapat dua teknik :
1. Diambil langsung ke produsen
2. Dikirim oleh produsen untuk agen atau toko pemesan
3.2.3. Kendala Pemasaran
Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan ialah masalah harga: Harga kerupuk
ikan per kilogramnya relatif lebih mahal dikomparasikan jenis kerupuk
beda yang tidak menggunakan ikan sebagai campuran.
Mahalnya harga kerupuk ikan udang ini mengakibatkan pembeli guna
produk ini masih terbatas. Masyarakat dengan penghasilan menengah ke
atas barangkali akan melakukan pembelian kerupuk ikan sebagai
keperluan sehari-hari, namun untuk masyarakat dengan penghasilan yang
masih rendah konsumsi guna kerupuk ikan ini masih terbatas pada
acara-acara tertentu yang dirasakan istimewa dan guna konsumsi
keseharian lebih memilih kerupuk jenis lainnya yang lebih murah.
Berikut komparasi harga sejumlah jenis kerupuk di tingkat produsen di
Banjarmasin guna jenis kerupuk dengan kualitas medium dapat disaksikan
pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Jenis Krupuk dan Harganya di Banjarmasin
Dari tabel di atas dapat disaksikan bahwa pada tingkat produsen, harga
kerupuk ikan dan udang menjangkau dua kali lipat dari harga jenis
kerupuk dari tepung saja (tanpa ikan dan udang). Terlihat harga kerupuk
udang memiliki harga yang sangat tinggi, karena bahan baku berupa
udang harganya lebih mahal diantara bahan baku jenis kerupuk lain.
Dengan komposisi harga yang demikian tidak mengherankan andai
permintaan kerupuk ikan relatif masih rendah khususnya pada masyarakat
berpenghasilan rendah.
BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Dalam bab ini akan dibicarakan mengenai teknis penciptaan kerupuk
ikan. Secara teknis penciptaan kerupuk ikan relatif mudah dilaksanakan
karena bahan-bahan yang gampang didapat dan alat-alat yang digunakan
lumayan sederhana.
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pengolahan produk ikan usahakan dilaksanakan di
daerah-daerah yang dekat dengan distrik perairan baik distrik dekat
pantai ataupun sungai-sungai besar supaya dapat mendapat bahan baku
dengan harga yang lebih murah. Untuk penciptaan kerupuk ikan tidak
memerlukan tempat usaha yang spesifik. Rumah tangga pada lazimnya
dapat mengerjakan usaha ini sepanjang mempunyai tanah lapang yang
lumayan untuk proses penjemuran. Pada tempat usaha yang melulu
mempunyai tanah sempit dapat mengerjakan penyesuaian dengan
menciptakan tempat penjemuran pada unsur atas bangunan yang diciptakan
bertingkat.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
4.2.1. Fasilitas Produksi
a. Bangunan guna proses buatan
Bangunan dipakai untuk kegiatan proses buatan yang mencakup
penyiapan bahan baku, penciptaan adonan, pencetakan, pengukusan,
pendinginan, pemotongan, pengeringan penjemuran dan penyimpanan. Luas
lahan yang dipakai tergantung pada jenis dan banyaknya kemudahan yang
dipunyai atau dengan kata beda skala usaha yang dimiliki. Layout
pabrik ditata sesuai dengan urutan tahap-tahap produksi. Hal ini
mempermudah untuk proses pemindahan barang dari setiap tahap. Ruangan
untuk lokasi pemotongan contohnya adalah ruangan yang langsung tembus
ke lahan penjemuran untuk mempermudah proses pengangkutan kerupuk
setelah dicukur untuk selanjutnya dijemur. Gudang penyimpanan output
dicocokkan dengan jumlah produksi.
b. Lahan penjemuran
Lahan penjemuran guna pengeringan kerupuk ini relatif lebih luas
dikomparasikan bangunan tempat buatan yang lain. Tanah yang dipakai
untuk penjemuran disemen supaya kerupuk basah yang dijemur tidak kotor
oleh tanah. Di pinggir-pinggir lahan penjemuran diberi atap guna
penyimpanan sedangkan kerupuk yang belum kering pada masa-masa malam
hari atau ketika hujan.
4.2.2. Peralatan
Kerupuk ikan bisa diproduksi dengan perangkat yang simpel atau dengan
perlengkapan dengan teknologi modern. Bagi industri lokasi tinggal
tangga yang memproduksi kerupuk ikan baik guna dikonsumsi sendiri
ataupun dipasarkan dengan likala yang masih kecil dapat memakai
alat-alat yang sederhana. Adapun alat-alat simpel yang dipakai untuk
penciptaan kerupuk ikan yaitu:
1. Baskom
2. Dandang
3. Alat penghancur bumbu (cobek)
4. Pisau
5. Tampah (Nyiru)
6. Kompor
7. Loyang
8. Sendok
Usaha penciptaan kerupuk ikan dengan skala yang besar memakai
alat-alat dengan teknologi yang lebih modern. Penggunaan teknologi
canggih ini dapat meminimalisir jumlah pekerja sekaligus menghasilkan
produk dengan jumlah yang lebih tidak sedikit dalam masa-masa yang
singkat. Adapun peralatan canggih yang dipakai dalam proses penciptaan
kerupuk ikan antara lain:
1. Alat penghancur ikan
Digunakan guna melumatkan ikan yang telah dimurnikan kepala dan
sisiknya sehingga didapatkan daging ikan yang sudah ditumbuk halus dan
siap dibaur dengan bahan lain.
2. Alat pelembut bahan (mulen)
Mesin ini dipakai untuk melembutkan gabungan ikan yang sudah
dihaluskan dan adonan tepung dan bumbu. Mesin ini berkapasitas sampai
10 kg dan bisa dijalankan oleh 1 (satu) orang tenaga kerja.
3. Bak pencampur bahan
Bak ini berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang rata-rata 2 meter
dan lebar 1 meter yang tercipta dari kayu. Ukuran bak ini dapat
disesuaikan dengan keperluan kapasitas muatan yang diinginkan.
4. Pencetak
Mesin pencetak ini dipakai untuk mencetak adonan, berbentuk silinder
sebelum dimasukkan ke cetakan cocok ukuran yang diinginkan. Terdapat
pun meja press supaya adonan yang tercetak menjadi lebih padat dan
kenyal. Mesin cetak ini memerlukan 1 orang tenaga kerja guna
menjalankannya.
5. Alat pengukus (dandang)
Alat pengukus (dandang) berbentuk tabung panjang yang tercipta dari aluminium.
6. Mesin pemotong
Mesin pemotong ini dipakai untuk mencukur kerupuk yang sudah
diidinginkan sekitar 1 hari (24 jam). Mesin ini dijalankan oleh 2 (dua)
orang tenaga kerja.
7. Oven
Oven dipakai untuk mengeringkan kerupuk khususnya pada ketika sinar
matahari tidak cukup atau pada ketika musim hujan. Oven berbentuk
persegi panjang yang tercipta dari eor-coran semen dan pasir yang
terbagi dalam dua bagian. Bagian atas adalah tempat kerupuk yang bakal
dikeringkan sementara bagian bawah berupa kolong untuk menyalurkan
panas. Oven terdiri dari dryer dan mesin diesel.
4.3. Bahan Baku
Terdapat bermaaam-macam jenis kerupuk yang pembuatannya memakai bahan
baku yang berbeda-beda. Seperti namanya, kerupuk ikan adalah kerupuk
yang berbahan baku ikan. Berbagai jenis ikan bisa dlgunakan untuk
penciptaan kerupuk ikan, tetapi tidak seluruh jenis ikan dapat
diciptakan kerupuk ikan. Adapun jenis ikan yang sering diciptakan
kerupuk antara beda Ikan tenggiri dan ikan pipih, serta ikan-ikan
lainnya. Di samping ikan, usaha ini memakai bahan baku lain yakni
tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan telur.
Bumbu juga dipakai dalam penciptaan kerupuk ikan guna mennmbal1 rasa
lezat dan gurih. Adapun bumbu-bumbu yang digunakan ialah garam, gula
dan penyedap rasa. Zat pewarna sering dipakai sebagai bahan ekstra
untuk menyerahkan warna supaya lebih menarik.
4.4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam penciptaan kerupuk tidak memerlukan
kemahiran khusus. Dalam urusan ini tenaga kerja lelaki dan perempuan
dapat dipekerjakan pada seluruh tahap pembuatan. Akan namun tenaga
kerja laki-laki mayoritas ditempatkan pada proses penyiapan bahan,
peneetakan, pengukusan, dan pemotongan sementara tenaga kerja wanita
tidak sedikit digunakan pada etape pemotongan, penjemuran dan
pengepakan. Di samping tenaga kerja tetap, terkadang dibutuhkan tenaga
kerja keseluruhan jika sewaktu-waktu terjadi lonjakan pesanan atau
pada musim kemarau dimana proses buatan meningkat.
4.5. Teknologi
Dalam usaha penciptaan kerupuk ikan dapat memakai teknologi
tradisional ataupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini sehubungan
dengan jenis perlengkapan yang dipakai selama proses produksi.
a. Teknologi tradisional
Peralatan yang dipakai pada teknologi ini mudah didapatkan sebab
adalah peralatan yang sering digunakan dalam lokasi tinggal tangga
pada umumnya. Di samping alat, tenaga kerja merupakan hal utama dalam
hasil buatan kerupuk, sebab sejumlah proses buatan mengandalkan
tenaga manusia. Penggunaan perlengkapan sederhana ini sangat
memprovokasi jumlah buatan yang didapatkan dan mutu. Dengan melulu
menggunakan teknologi tradisional ini terkadang melulu dapat
menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas buatan dengan alat simpel
ini paling keeil dengan bobot yang tidak cukup baik.
b. Teknologi canggih
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern memakai peralatan laksana
mesin cetak otomatis yang menghasilkan format yang lebih variatif,
mesin pemotong yang lebih eepat dan pemakaian oven, Penggunaan
teknologi ini bisa menghasilkan jumlah buatan yang berlipat-lipat bila
dikomparasikan dengan teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat
dilaksanakan 3-4 kali adonan kerupuk. Selain tersebut dengan teknologi
ini bakal menghemat jumlah tenaga kerja yang dipakai yang bakal
menurunkan ongkos operasional.
c. Teknologi menengah
Pada penciptaan kerupuk dengan teknologi menengah memakai peralatan
yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif masih
rendah.
4.6. Proses Produksi
Pengolahan kerupuk ikan melulu dari pengolahan bahan mentah hingga
pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pengolahannya ialah
sebagai berikut:
1. Proses penyiapan bahan baku
Proses penyiapan bahan baku ialah persiapan daging ikan, tepung serta
bumbu-bumbu cocok dengan perhitungan komposisi setiap bahan untuk
masing-masing adonan. Dalam proses ini Bahan baku ikan butuh mendapat
perhatian utama. Mutu ikan yang dipakai akan memprovokasi mutu buatan
kerupuk ikan, oleh karena tersebut perlu dipilih ikan yang masih
segar. bengan demikian dibutuhkan pengetahuan untuk memahami
tanda-tanda ikan dengan bobot yang baik (masih segar).
Sebelum dihaluskan, ikan dimurnikan dahulu dengan eara menghilangkan
sisik, insang, maupun isi perutnya lantas dieuci hingga bersih. Bagian
tubuh yang keras, laksana duri maupun tulang dilemparkan karena bisa
menurunkan bobot kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya ikan itu
digiling hingga halus. Di samping itu bahan baku berupa tepung dan
telur serta bumbu disiapkan guna proses adonan.
2. Proses pembentukan adonan
Adonan diciptakan dari tepung tapioka yang dibaur dengan bumbu-bumbu
yang digunakan. Tepung diberi air dingin sampai menjadi adonan yang
kenta!. Bumbu dan ikan yang sudah digiling halus dimasukkan ke dalam
adonan dan diaduk/diremas sampai lumat dan rata. Adonan ini lantas
dimasukkan ke dalam mulen guna pelembutan, dan akan didapatkan adonan
yang kenyal dengan gabungan bahan merata.
3. Pencetakan
Pencetakan adonan dapat dilaksanakan dengan tangan ataupun dengan
mesin. Dengan memakai tangan adonan disusun silinder dengan panjang
tidak cukup lebih 30 cm dan diameter 5 cm. Dengan pertolongan alat
cetak adonan ini dapat diciptakan dalam format serupa. Kemudian adonan
berbentuk silinder ini di "press" guna mendapatkan adonan yang lebih
padat. Selanjutnya adonan ini dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk
silinder yang tercipta dari aluminium,
4. Pengukusan
Adonan berbentuk silinder lantas dikukus dalam dandang selama tidak
cukup lebih 2 jam hingga masak. Untuk memahami apakah adonan kerupuk
sudah masak atau belum ialah dengan teknik menusukkan lidi ke
dalamnya. Bila adonan tioak melekat pada lidi berarti adonan sudah
masak. Cara lain guna menilai masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat
dilaksanakan dengan mengurangi adonan tersebut. Bila permukaan
silinder kembali laksana semula, dengan kata lain adonan sudah
masak.
5. Pendinginan
Adonan kerupuk yang sudah masak segera diusung dan didinginkan. Bagi
mencungkil dari cetakan, seringkali adonan disiram dengan air. Adonan
lantas didinginkan di angkasa terbuka tidak cukup lebih 1 (satu)
hari atau tidak cukup lebih 24 jam sampai adonan menjadi keras dan
gampang diiris.
6. Pemotongan
Tahap selanjutnya ialah pernotongan adonan kerupuk yang sudah dingin.
Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini pun
dapat dilaksanakan secara simpel yaitu mengiris adonan dengan pisau
yang tajam. Pengirisan dilaksanakan setipis barangkali dengan tebal
kira-kira 2 mm, supaya hasilnya baik saat digoreng. Untuk mempermudah
pengirisan, pisau dilumuri dahulu dengan minyak goreng.
7. Penjemuran/pengeringan
Adonan yang sudah diiris-iris lantas dijemur hingga kering.
Penjemuran dilaksanakan di bawah sinar matahari tidak cukup lebih 4
jam. Pada ketika musim hujan guna pengeringan kerupuk yang masih basah
dapat dilaksanakan dengan oven (dryer) selama tidak cukup lebih 2
jam. Tetapi kerupuk yang dikenngkan dengan sinar matahari hasilnya bakal
lebih bagus dikomparasikan jika memakai oven. Kerupuk yang
dikeringkan dengan sinar matahari andai digoreng bakal lebih
mengembang. Hal ini bakal lebih menguntungkan semua pengusaha
penggorengan kerupuk dan akan memprovokasi harga kerupuk. Karena itulah
pengeringan memakai sinar matahari lebih disukai dikomparasikan
dengan memakai oven.
8. Pengepakan
Setelah kering, kerupuk segera diusung dari jemuran. Kerupuk yang sudah
kering bisa segera dibalut dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap
goreng dikemas dalam plastik sebanyak berat tertentu. Kemasan kerupuk
dalam plastik itu disebut bal, dimana per bal bisa mengandung 5 kg
atau 10 kg kerupuk.
Jika dicerminkan dalam format diagram alir, proses penciptaan kerupuk llean ialah sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Ikan
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Dengan memakai teknologi sederhana, jumlah buatan kerupuk
masing-masing hari yang didapatkan sedikit. Dengan perlengkapan yang
masih simpel dan kapasitas buatan yang masih rendah, serta
mengandalkan jumlah tenaga kerja manusia, penciptaan kerupuk ikan
membutuhkan waktu yang lebih lama sampai-sampai dalam sehari terkadang
melulu dapat mengerjakan 1 (satu) kali adonan dengan jumlah buatan
rata-rata 3 kuintal. Dibandingkan dengan proses teknologi canggih dalam
satu hari dapat dilaksanakan 2-3 kali adonan dengan jumlah buatan per
adonan dapat lebih dari 1 ton.
Usaha pengolahan kerupuk ikan seringkali tidak melulu menghasilkan
satu jenis kerupuk ikan. Usaha ini pun menghasilkan jenis kerupuk lain
laksana kerupuk udang atau kerupuk tepung sebagai penganekaragaman
usaha. guna mengantisipasi bila bahan baku ikan susah didapat
sampai-sampai usaha tidak macet. Terdapat sekian banyak jenis kerupuk
ikan tergantung pada jenis ikan dan komposisi ikan yang digunakan.
Dari sekian banyak jenis kerupuk ikan dan komposisinya, produk itu
harus mengisi standar bobot produk kerupuk ikan yang ditetapkan.
Selain tersebut kerupuk ikan me sti bebas dari bahan-bahan pengawet
yang bisa membahayakan kesehatan manusia. Adapun standar bobot kerupuk
disajikan dalam Tabel berikut:
Tabel 4.2. Standar Mutu Kerupuk
4.8. Produksi Optimum
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari studi lapangan, komposisi
tdonan mempunyai perbandingan sebagai berikut: Ikan 50 kg, tepung
tapioka 300 kg, garam 10 kg, gula 12,5 kg, telur 10 kg serta penyedap
dan pewarna secukupnya. Komposisi ini bisa menghasilkan kerupuk dengan
kualitas yang baik yaitu andai digoreng bakal mengembang dengan baik.
Apabila proses penciptaan kerupllk ikan berlangsung optimal maka dari
komposisi adonan itu dapat didapatkan 300 - 330 kg kerupuk (rendemen
76-85 %)
4.9. Kendala Produksi
Dilihat dari segi tenaga kerja, usaha kerupuk ikan ini tidak mendatangi
kesulitan. Setiap proses buatan dapat digarap oleh tenaga kerja
tanpa memerlukan kemahiran khusus. Kesulitan yang tidak jarang
dijumpai dalam usaha ini ialah ketika terjadi kelangkaan bahan baku
ikan dan penurunan buatan pada ketika musim hujan.
Kesulitan bahan baku terjadi saat pasokan ikan menurun sehingga
mengakibatkan harga ikan naik. Pada situasi ini pengusaha kerupuk
merasakan penurunan pasokan ikan sebab jumlah buatan ikan yang
menurun itu lebih tidak sedikit diarahkan guna konsumsi keseharian
secara langsung. Di pihak beda pengusaha tidak dapat mendongkrak harga
cocok dengan eskalasi harga bahan bakunya sebab tidak dapat
memprovokasi harga kerupuk ikan di pasar. Hal berikut yang
mengakibatkan pengusaha meminimalisir jumlah produksinya. Pada musim
hujan terjadi penurunan jumlah buatan dan penurunan bobot produk.
Penurunan jumlah buatan dikarenakan kurangnya sinar matahari yang
menghambat proses penjemuran. Meskipun pengeringan kerupuk dapat
dilaksanakan dengan oven (dryer), namun jumlah produk yang didapatkan
juga sedikit karena mutunya tidak sebagus andai pengeringan dengan
sinar matahari.
Sedikitnya sinar matahari pada musim hujan pun menurunkan bobot
kerupuk sebab harus dijemur berhari-hari. Kendala buatan di atas
seringkali diantisipasi oleh pengusaha dengan memproduksi dalam jumlah
yang besar pada musim kemarau guna stok musim hujan, sebab pada musim
hjjan terjadi eskalasi harga kerupuk yang disebabkan oleh jumlah
permintaan yang tldak dapat diperrmhi oleh produsen laksana hari-hari
biasanya.
BAB V
ASPEK KEUANGAN
5.1. Pemilihan Pola Usaha
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa seorang pengusaha
kerupuk tidak melulu memproduksi satu jenis kerupuk saja, tetapi pun
memproduksi kerupuk jenis yang lain. Pada dasarnya ini adalah salah satu
strategi guna memperkecil resiko sekaligus pengembangan usaha yang
lebih luas. Untuk meneliti aspek finansial dari usaha kerupuk ikan
sebenarnya diprovokasi juga oleh jenis kerupuk beda yang diproduksi,
akan namun dalam analisis ini melulu akan meneliti aspek finansial
dari usaha yang melulu memproduksi jenis kerupuk ikan saja. Teknologi
yang dipakai dalam proses produksi ialah teknologi menengah dengan
kapasitas buatan optimal 310 kg kerupuk masing-masing satu kali
adonan.
5.2. Asumsi dan Parameter Bagi Analisis Keuangan
Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan ongkos didasarkan pada
asumsi yang terangkum dalam Tabel 5.1. Periode proyek ialah 5 tahun.
Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai kini (present value) ialah
tahun ketika ongkos investasi mula dikeluarkan. Dengan memakai
mesinjperalatan dan jumlah tenaga kerja laksana yang tertera dalam
tabel asumsi, seorang pengusaha dapat memproduksi 310 kg kerupuk. Angka
rendemen sebesar 79%. Harga kerupuk di pasar lokal sebesar Rp.6.000,-,
Hari kerja sekitar setahun sejumlah 285 hari. Tenaga kerja keseluruhan
bekerja sekitar 200 hari.
Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter guna Analisis Keuangan
5.3.Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional
a. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan ongkos tetap yang besarnya tidak diprovokasi
oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi guna usaha kerupuk
ikan terdiri dari sejumlah komponen diantaranya ongkos perijinan,
sewa tanah, pembelian mesin atau perlengkapan produksi, peralatan
penyokong dan sarana transportasi.
Biaya perijinan mencakup ijin usaha dari Departemen Perindustrian dan
Perdagangan dan Departemen Kesehatan dengan jumlah ongkos Rp.600.000,-
dan masa berlaku sekitar 3 tahun. Sewa tanah dibayarkan tiap tahun,
sampai-sampai setiap tahun me sti dikeluarkan ongkos untuk komponen
sewa tanah ini. Pada tahun-tahun tertentu dilaksanakan reinvestasi guna
pembelian mesin atau perlengkapan produksi yang usia ekonomisnya
tidak cukup dari 5 tahun. Jumlah ongkos investasi borongan pada tahun
0 ialah Rp.299.339.000,-.
Tabel 5.2 Biaya investasi
Komponen terbesar untuk ongkos investasi ini ialah sewa tanah yang
menjangkau 50,11% dari total ongkos investasi pada mula usaha.
Komponen terbesar kedua ialah biaya pembelian mesin/peralatan buatan
yaitu sebesar 35,74% dari total ongkos investasi. Sedangkan 14,15% sisa
ongkos untuk investasi merupakan ongkos investasi guna pembelian
perlengkapan lainnya, mobil angkutan dan perijinan.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan ongkos varia bel yang besar kecilnya
diprovokasi oleh jumlah produksi. Komponen dari ongkos operasional
ialah pengadaan bahan baku dan pembantu, perlengkapan operasional,
ongkos transportasi, listrik dan telepon, serta upah tenaga kerja.
Biaya operasional selama setahun dihitung menurut jumlah hari buatan .
Jumlah hari buatan dalam satu tahun 285 hari (asumsi yang digunakan
ialah 1 tahun, t=365 hari, dikurangi hari Iibur minggu dan Iibur
nasional 64 hari dan jumlah hari tidak berproduksi sekitar 16 hari).
Biaya operasional yang dibutuhkan selama satu tahun menjangkau
Rp.711.298.900,-Biaya bahan baku menyerap sebesar 73,12% dari total
ongkos operasional per tahun. Komponen ongkos terbesar kedua ialah
biaya pemakaian tenaga kerja yang menjangkau 15,45% dari total ongkos
operasional tiap tahunnya.
Tenaga kerja yang dipakai terdiri dari tenaga kerja tetap dan
keseluruhan ditambah 2 orang tenaga kerja manajerial yang berasaldari
anggota family dengan upah/gaji tenaga manajerial dianggap dua kali
Iipat upah tenaga kerja tetap. Tenaga kerja keseluruhan hanya dipakai
dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit, sebab hanya diperlukan
pada ketika terjadi eskalasi permintaan.
5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan investasi maupun modal kerja tidak me sti diisi sendiri.
Jumlah modal yang diperlukan untuk mengawali usaha kerupuk ikan
sebesar Rp.374.212.568,-. Jumlah kredit investasi yang diongkosi oleh
bank sebesar 70% dari total keperluan investasi. Dengan kata beda
pengusaha me sti meluangkan dana sendiri sebesar 30% dari total dana
investasi. Dalam analisis Inl jumlah dana kredit investasi sebesar
Rp.209.537.300,-.
Besarnya kredit modal kerja ditentukan menurut keperluan dana mula
u.ntuk satu kali siklus produksi. Usaha penciptaan kerupuk ikan
memiliki slklus Produksi (dan pembua.tan sampai mendapat penerimaan
dari penjualan) tidak cukup leblh sekitar 30 hari atau 1 bulan.
Sehingga jumlah kredit modal kerja yang diperlukan adalah:
Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x ongkos operasional sekitar 1 tahun
= (30/285) x Rp.711.298.900
= Rp.74.873.568,-
Jumlah kredit modal kerja dari bank dipersyaratkan sebesar 70% dari
keperluan dana modal kerja. Dengan demikian jumlah kredit modal kerja
sebesar 70% x Rp.74.873.568 = Rp.52.41l.498,-.
Jumlah dan sumber dana guna usaha kerupuk ikan disajikan dalam Tabel 5.4. berikut:
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana guna Investasi dan Modal Kerja
Jangka masa-masa kredit guna investasi sekitar 5 tahun tanpa grace
period sementara kredit modal kerja yang dipakai dalam analisis ini
berjangka masa-masa 1 tahun. Kredit modal kerja pada kenyataannya bisa
diperpanjang lagi masa jatuh temponya dicocokkan dengan keterampilan
pengusaha membayarnya. Tingkat suku bunga yang digunakan ialah sebesar
17% masing-masing tahun menurun. Dengan demikian jumlah cicilan pokok
inilah btJnga yang me sti ditunaikan setiap bulan untuk setiap jenis
kredit bisa dihitung. Tabel 5.7. mengindikasikan kumulatif cicilan
(angsuran pokok dan bunga) guna kredit investasi dan modal kerja yang
me sti ditunaikan setiap tahunnya.
Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja
5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor
Jumlah buatan selama setahun sebesar 176.700 kg. Jumlah ini didapatkan
dari jumlah adonan masing-masing tahun dikalikan dengan jumlah
buatan per adonan. Dalam satu tahun dilaksanakan adonan 570 kali
dengan jumlah buatan per adonan sebesar 310 kg kerupuk. Harga kerupuk
ikan dianggap sebesar Rp.6.000,- tiap kg, sehingga penghasilan
produksi kerupuk masing-masing tahun sebesar Rp.l.060.200.000,-.
Pendapatan sampingan didapatkan dari penjualan kantong bekas tepung
tapioka (sak) masing-masing tahun rata-rata Rp.1.368.000,-. Penerimaan
kotor dalam satu tahun disajikan dalam Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun
Dari label 5.6. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha
penciptaan kerupuk ikan ialah Rp.1.061.568.000 per tahun. Sedangkan
guna aliran ongkos terdiri dari ongkos investasi dan ongkos
operasional yang telah diterangkan pada sub bab sebelumnya.
5.6. Proyeksi Rugi Laba dan Break Even Point
Tingkat deviden atau profitabilitas dari usaha yang dilaksanakan
adalah baglan pentlng dalam analisis finansial dari rencana pekerjaan
investasi. Keuntungan dihitung dan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran tiap tahunnya. Tabel 5.7. mengindikasikan keuntungan
(surplus) sekitar periode proyek.
Hasil perhitungan proyeksi laba rugi mengindikasikan bahwa pada tahun
kesatu usaha ini sudah untung sebesar Rp.144.968.618-. Laba ini bakal
meningkat guna tahun-tahun berikutnya sebab komponen biaya cicilan
kredit yang semakin berkurang. Laba rata-rata sekitar periode proyek
ialah Rp.196.001.526,- per tahun. Profit margin rata-rata per tahon
sebesar 18,46%.
Den?an mempertimbangkan ongkos tetap, ongkos variabel dan hasil
penjualan kerupuk Ikan, dan hasil analisis didapatkan BEP rata-rata
sekitar 5 tahun guna usaha ini ialah sebesar Rp.362.713.898,- atau
dengan jumlah buatan sebesar 60.452 kg per tahunnya dengan harga
kerupuk ikan per kg sebesar Rp.6.000,-
Tabel 5.8 Kelayakan Usaha
Dari tabel di atas bisa diketahui bahwa jangka masa-masa pengembalian
seluruh ongkos investasi ialah 3 tahun 11 bulan. Dengan demikian usaha
ini layak dilakukan karena jangka masa-masa pengembalian investasi
lebih kecil dari periode proyek. Dilihat dari sisi kelayakan kredit,
usaha ini layak diongkosi karena jangka masa-masa yang diperlukan
untuk membalikkan kredit hanyc 2 tahun 6 bulan.
5.8. Analisis Sensitivitas
Dalam analisis proyek investasi kerupuk ikan ada ketidakpastian yaig
akan memprovokasi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan
dilaksanakan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilakukan
sensitif terhadap evolusi harga-harga input dan output. Dalam analisis
sensitivitas ini dipakai 3 skenario yakni :
1. Skenario I
Pendapatan proyek merasakan penurunan sedangkan ongkos investasi can
ongkos operasional dirasakan tetap. Penurunan pendapatan dapat
diakibatkan oleh penurunan harga kerupuk, jumlah permintaan yang menurun
ataupun jumlah buatan yang menurun.
2. Skenario II
Siaya operasional mengalami eskalasi sedangkan ongkos investasi den
penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan ongkos operasional dapat
terjadi sebab kenaikan harga input guna operasional laksana bahan
baku, perlengkapan operasional, dll.
3. Skenario III
Skenario ini merupakan campuran dari skenario I dan skenario II ya:u
dianggap penerimaan proyek merasakan penurunan dan ongkos operasioral
merasakan kenaikan, sedangkan ongkos investasi tetap.
Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam .Tabel berikut:
Pada skenario I, dengan penurunan penghasilan proyek sebesar 2,5%,
proyek ini masih layak diongkosi karena pada tingkat suku bunga 17%,
net B/C sebesar 1,37, NPV sebesar Rp.138.501.442,- nilai IRR 35,94%,
periode pengembalian baik kredit investasi dan kredit modal kerja tidak
cukup dari 5 tahun sampai-sampai proyek ini layak dicoba dan
diongkosi oleh bank.
Pada penurunan penghasilan sebesar 3%, didapatkan Net B/C ratio
sebesar 1,32, NPV yang didapatkan sebesar Rp.21.519.824,- dan IRR
33,76. Jangka masa-masa pengembalian kredit sekitar 4 tahun 5 bulan
namun jika disaksikan dari jangka masa-masa pengembalian investasi,
usaha ini tidak layak dilaksanakan karena payback periodnya •melebihi
periode proyek yang melulu 5 tahun (tabel 5.9).
Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I
Pada skenario II, dengan kenaikan ongkos operasional sebesar 4%, proyek
Inl masih layak dilaksanakan dengan net B/C sebesar 1,35, NPV
Rp,132.381.873,¬IRR sebesar 35,16% dan jangka masa-masa pengembalian
kredit investasi dan kredit modal kerja tidak cukup dari 5 tahun.
Dengan demikian pad a tingkat kenaikan ongkos operasional sebesar 4%,
usaha ini masih pantas untuk diongkosi oleh bank. Jika kenaikan ongkos
5%, proyek ini tidak pantas diusahakan disaksikan dari payback
period usahanya, sebab jangka masa-masa pengembalian investasi
melebihi periode proyek. Tetapi bila disaksikan dari kriteria
investasi lainnya proyek ini masih pantas dlusahakan dengan net SIC
sebesar 1,29, NPV Rp.109.624.959 dan IRR sebesar 32,22%. Sedangkan pay
back period kredit sekitar 4 tahun 8 bulan (tabel 5.10)
Pada skenario III pada ketika terjadi penurunan penghasilan sekaligus
kenaikan, ongkos operasional maslng-masing sebesar 1,5%, proyek ini
masih layak ditunaikan dengan net SIC sebesar 1,37, NPV sebesar
Rp.138.329.306,¬IR~ ~5,91 % dan lama pengembalian kredit sekitar 4
tahun 7 bulan. Dilihat dan jangka masa-masa pengembalian kredit, usaha
ini layak diongkosi oleh bank sebab pay back period guna kredit
sekitar 3 tahun 8 bulan.
Pada penurunan penghasilan dan kenaikan ongkos operasional
masing¬-masing se.besar 2%, proyek ini masih layak dilakukan Hal
tersebut dapat dilihat dan Net SIC yang didapatkan 1,29, NPV sebesar
Rp.109.969.231. IRR yang dlperoleh masih jauh dari tingkat suku bunga
yakni 32,26%. Tetapi bila disaksikan jangka masa-masa pengembalian
investasi proyek ini menjadi tidak layak sebab memerlukan 6 tahun 1
bulan dimana jangka masa-masa ini melebihi periode proyek (tabel 5.11)
Hasil analisis sensitivitas di atas mengindikasikan bahwa proyek ini
lebih sensitif dengan penurunan pendapatan dikomparasikan kenaikan
ongkos operasional. Dengan menyimak kriteria jangka masa-masa
pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada
penurunan penghasilan sebesar 3%, dengan kata lain jika penurunan
pendapatan lebih banyak dari. 3% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak
layak/merugi. Sedangkan Jika dllihat dari perubahan ongkos
operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan ongkos operasional
sebesar 5% dengan asumsi ongkos investasi dan penghasilan tetap.
Analisis sensititivitas campuran menunjukkan bahwa proyek ini sensitive
pada kenaikan ongkos operasional
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dalam bab ini akan dibicarakan aspek ekonomis, sosial dan akibat
lingkungan dari usaha kerupuk ikan. Aspek ekonomis sehubungan dengan
akibat usaha ini terhadap perekonomian baik untuk pengusaha maupun
untuk perekonomian secara umum di distrik sekitarnya. Aspek hemat
sangat berhubungan erat dengan aspek sosial karena akibat yang
ditimbulkan mempunyai sifat sosial yakni menyangkut keperluan orang
beda terutama di dekat wilayah usaha. Sedangkan aspek lingkungan
menyangkut akibat dari usaha kerupuk ikan terhadap lingkungan
sekitarnya. Dampak terhadap lingkungan khususnya timbul sebab setiap
usaha menghasilkan limbah yang barangkali dapat mengganggu ekosistem
lain.
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Usaha penciptaan kerupuk ikan mempunyai akibat yang positif baik untuk
pengusaha maupun warga wilayah setempat. Untuk pengusaha akibat
ekonomis dari usaha ini ialah peningkatan pendapatan. Usaha kerupuk
ikan adalah bisnis yang paling menguntungkan sebab mempunyai
kesempatan pasar yang paling luas. Banyaknya industri lokasi tinggal
tangga guna usaha ini bisa memacu eskalasi pendapatan lokasi
tinggal tangga sampai-sampai kesejahteraan lokasi tinggal tangga
meningkat. Secara makro buatan kerupuk ikan yang tinggi dapat
menyerahkan kontribusi untuk pendapatan wilayah setempat. Meskipun
dapat dikatakan harga per unit kerupuk ikan relatif murah, namun perlu
dikenang bahwa komoditi ini bisa diproduksi dalam jumlah besar dalam
masa-masa yang singkat. Kesempatan guna ekspor ke luar negeri masih
tersingkap lebar sampai-sampai dapat menjadi kesempatan untuk
meningkatkan devisa.
Di samping adalah bisnis yang menguntungkan, usaha ini bakal memberi
akibat sosial yang positif melewati penyerapan tenaga kerja. Tenaga
kerja yang ada seringkali berasal dari saudara, tetangga selama atau
warga wilayah setempat. Dengan membuat pekerjaan yang bisa menyerap
pekerja dari distrik sekitar usaha, secara tidak langsung usaha ini
telah menolong mengurangi jumlah pengangguran terutama di wilayah
tersebut. Dengan berkurangnya pengangguran di wilayah tersebut akan
menambah pendapatan sebagaimana diterangkan sebelumnya.
6.2 Aspek Dampak lingkungan
Aspek akibat lingkungan sehubungan dengan akibat limbah yang
dlhasilkan dari usaha ini ialah tidak menghasilkan Iimbah yang
membahayakan untuk manusia maupun lingkungan lokasi tinggalnya. Hasil
limbah mayoritas adalah air kotor saldo pembersihan. Biasanya air ini
dilemparkan melalui drainase air dan bisa langsung meresap ke tanah.
Air limbah ini tidak berisi zat-zat kimia yang membahayakan organisme
tanah, dan tanaman. Di samping air, usaha ini pun menimbulkan bau amis
dari ikan yang diolah. Akan namun bau ini tidak hingga mengganggu
udara secara luas sebab jangkauannya tidak jauh. Dapat disebutkan
bahwa usaha kerupuk ikan relatif aman untuk Iingkungan sebab tidak
menghasilkan limbah yang membahayakan bagl kehidupan insan dan
lingkungan sekitarnya.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a. Usaha penciptaan kerupuk ikan yang dilaksanakan oleh masyarakat di Banjarmasin adalah usaha dengan skala keci!.
b. Kegiatan usaha yang dilaksanakan menggunakan perlengkapan dengan teknologi menengah.
c. Dana guna investasi dan modal kerja bersumber dari bank dan modal
sendiri. Banyak industri kerupuk yang mudah mendapat pembiayaan dari
bank.
d. Permintaan kerupuk ikan relatif tinggi dengan konsumen dari sekian banyak lapisan masyarakat.
e. Usaha kerupuk ikan memiliki peluang yang besar guna dikembangkan baik guna konsumen domestik maupun guna ekspor.
f. Harga kerupuk ikan pada tahun 2009 di tingkat produsen berkisar
antara Rp.6.000,- hingga Rp.6.500,- per kg. Sedangkan harga di tingkat
konsumen akhir menjangkau Rp.9.000,- hingga Rp.10.000,- per kg. Harga
ini tidak jarang mengalami ketidaktetapan dengan kisaran 10%.
g. Dari segi teknis, usaha kerupuk ikan sangat gampang dan cepat diadopsi oleh masyarakat sebab prosesnya paling sederhana.
h. Usaha dalam analisis ini memakai kredit (investasi dan modal kerja)
sebesar Rp.261.948.798. dengan jangka masa-masa kredit investasi 5
tahun dan kredit modal kerja 1 tahun dan bunga 17% (menurun) per tahun.
i. Serdasarkan analisis kelayakan keuangan terhadap usaha kerupuk ikan,
pada tingkat discount rate 17%, net SIC ratio sebesar 1,60 NPV sebesar
Rp.223.409.530,- dan nilai IRR 46,37%. Dari analisis PSP, proyek ini
dapat mengembalikan modal investasinya dalam masa-masa 3 tahun 11
bulan. Pay back period guna kredit sekitar 2 tahun 6 bulan.
j. Dengan mengacu pada jangka masa-masa pengembalian investasinya, dari
analisis sensitivitas terhadap evolusi penerimaan dengan asumsi ongkos
operasional dan investasi konstan, mengindikasikan bahwa proyek ini
sensitif pada penurunan penerimaan sebesar 3% sampai-sampai proyek ini
tidak pantas diusahakan.
k. Analisis sensitivitas terhadap'perubahan ongkos operasional dengan
asumsi penerimaan proyek dan ongkos investasi konstan menunjukkaR bahwa
proyek ini sensitif pada kenaikan ongkos operasional hingga 5% dan
proyek ini tidak layak dicoba
l. Analisis sensitivitas terhadap evolusi penerimaan proyek dan ongkos
operasional, proyek ini sensitif pada penurunan penghasilan 'proyek
dan kenaikan ongkos operasional setiap 2% dan proyek ini tidak pantas
diusahakan.
7.2 Saran
a. Untuk mengawal kelangsungan buatan dengan ongkos yang relatif
rendah pengusaha kerupuk ikan butuh menjalin kerjasama dengan pemasok
bahan baku, khususnya untuk tepung tapioka yang jumlah produsennya
terbatas dengan harga yang fluktuatif.
b. Untuk menambah jumlah penjualan butuh pemasaran yang baik, pada
usaha kerupuk ikan ini hubungan personal antara produsen dengan penjaja
adalah kunci guna nielebarkan jaringan pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi, Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta, 1989.
Badan Pusat Statistik, 2003
Demikianlah Artikel tentang Contoh Proposal Studi Kelayakan Bisnis Makanan yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat :)
Demikianlah Artikel Tentang Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil
. Sekian dulu artikel Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil kali ini, Semoga dapat memberi sedikit manfaat untuk Anda. Dan akhir kata, sampai bertemu di postingan artikel Saya yang lainnya.
Anda telah membaca artikel Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil dengan alamat Url https://cara-membuat-proposal.blogspot.com/2019/02/contoh-studi-kelayakan-bisnis-usaha.html
0 Response to "Contoh Studi Kelayakan Bisnis Usaha Kecil"
Posting Komentar